.

. zoel fahmy blog's| SMK DARUNNAJAH 2

  • RSS
  • SMK Darunnajah

Fhoto pilihan

AVRIL
SMK JUARA
MY SISTER

Info Pesantren Modern

Pengikut

My Aquarium

My Aquarium

Thumbnail Recent Post

Clock Blue

Blog Archive

seragam putri darunnajah cipining

inilah muslim

Pembekalan Para Laki-laki SMKDA

Pada waktu itu anak smkda di beri pembekalan untuk berpraktek di dunia kerja

Perpustakaan Menarik, Minat Baca Santri Naik.

“Maju, maju, maju! Ya, awas hati-hati! Okeh…” terdengar suara seperti tukang parkir. Sebenabrnya, yang terjadi bukanlah itu, namun itulah suara komando dari seorang pengurus OSDC (Organisasi Santri Darunnajah Cipining) yang tengah mengomando teman-temannya sesama pengurus dalam mengangkat almari dan beberapa peralatan lain milik bagian perpustakaan

seragam putra santri darunnajah cipining

Muslim Sejati

Air Terjun

Kenangan Bersama si dia



Saat Ayah meninggalkan ibuku karena wanita lain, Aku sangat kesal, benci, dendam, perasaan itu bercampur menjadi satu didalam batinku dan menghujamku secara bergiliran. Kala itu Aku baru berusia sepuluh tahun. Aku tidak mampu berbuat apapun untuk membela Ibu saat Ayah menghujat dan memukulinya dengan ganas. Aku hanya menyaksikannya dengan tatapan hampa tak bermakna. Yang kutahu hanya Ayahku adalah seorang yang sangat kejam. Setelah itu Ayah pergi entah kemana. Bertahun-tahun Aku hidup hanya berdua dengan Ibu. Kadang Aku melihat Ibu menangis didekat jendela kamarnya sambil menatap keluar, berharap Ayah akan kembali. Walaupun usiaku masih kecil, Aku bisa merasakan apa itu yang disebut kecewa. Tapi yang kulihat pada Ibu bukanlah perasaan itu, melainkan perasaan rindu yang menggebu terhadap Ayah. Aku tidak mengerti apa yang ada pada otak Ibuku saat itu. Dalam kondisi rumah yang sangat sunyi dan sepi itu terus kutapaki jalan masa depanku dengan dukungan Sang Ibu. Sampai Akhirnya aku tumbuh menjadi seorang lelaki gagah perkasa persis seperti Ayah, namun berbeda karakter. Bisa dikatakan Aku sangat menakutkan jika dilihat dari fisik tapi jika sudah mengenal siapa Aku jika bersama Ibu, mungkin banyak wanita yang ilfeel juga.



Karena Aku terbiasa bersama Ibu dan dimanja olehnya, sifat itupun belum mau pergi dari diriku. Sampai usiaku mencapai dua puluh tiga tahun Aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Setiap kali pedekate, pasti tidak pernah sukses. Mungkin karena sifatku yang masih seperti anak-anak yang membuat setiap wanita meragukan cintaku ini.



“ Muke lo ganteng bro, tapi sayang lo ga laku-laku sih.. haha.. “ ucap Sandy teman terbaikku di kampus. “ Wahh.. sialan lo San.. bukannya gue ga laku tapi guenya yang belum sreg sama cewek. “ jawabku seraya menampik ucapan Sandy. “ Biiisssaaa aje lo nglesnya.. hahha.. “ ledek Sandy. Aku hanya tersenyum malu saat Sandy selalu meledekku didepan teman-teman di kampus. Namun guyonan-guyonan Sandy selalu membuat fikiranku terganggu setiap malam. Ibu juga pernah menyuruhku untuk mencari pasangan hidup, karena memang usiaku yang sudah semakin tua. Ditambah lagi dengan pekerjaanku yang juga sudah sangat mapan yakni seorang pengusaha boneka. Oleh sebab itu Ibu selalu mendesakku untuk mencari calon istri ( cari pacar aja susah, giman cari calon istri.. heduuhh.. ).



***



Setelah sidang skripsiku selesai, waktu kosongku menjadi sangat banyak. Apalagi pekerjaanku itu tidak menuntut waktu. Aku cukup mengontrol para pegawaiku di toko tiap seminggu sekali. Itupun tidak ditentukan kapan waktunya. Sesuka hatiku sajalah.. Semua yang kuinginkan dapatku beli dengan uang hasil jerih payahku membangun bisnis boneka. Dan kini dapat kurasakan hasilnya bersama Ibu.



***



Aku lebih banyak berfoya-foya bersama teman-teman di club-club malam. Aku melakukan ini karena ajakan dari sahabatku Sandy. Hingga pada akhirnya hidupku ada di dunia malam. Aku tak bisa hidup tanpa minuman keras. Aku selalu pulang malam dalam keadaan mabuk berat itupun harus diantar oleh Sandy. Aku menjadi seorang yang pemarah dan kejam. Aku bagai harimau buas yang siap menerkam mangsa jika sedang marah. Ibu sangat sedih melihat perubahan dalam diriku.



Dan ketika kutahu bahwa Sandy telah mengkhianatiku dengan berusaha bergabung dalam bisnis yang sedang kujalani itu kemudian menghancurkan semuanya, Aku sangat marah sekali. Dan kemarahanku itu terlampiaskan kepada Ibu. Aku memukul Ibu hingga ia terjatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Aku sangat menyesali perbuatanku itu. Ku coba introspeksi diriku dan mengulang kembali kisahku bersama Ibu dalam benakku. Kini kutemukan satu jawaban. “ Aku harus kembali.” ucapku mantap.



Aku kembali membangun bisnisku yang telah bangkrut karena Sandy sang pengkhianat. Karena Aku sudah cukup lama bergelut dalam bidang perbisnisan, maka tidak terlalu sulit lagi bagiku untuk memulainya dari awal.



“ Ibu, maafkan Aku sudah mengecewakanmu. “ ucapku saat melihat mata Ibu yang mulai terbuka perlahan di rumah sakit. Tapi Ibu tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum padaku. Aku semakin sedih melihat kondisi Ibu. Ternyata Ibuku memang sudah lama mengidap penyakit jantung dan kanker payudara. Namun ia tidak pernah mengatakannya padaku.



***



Suatu hari pegawaiku menelfonku dan mengabarkan bahwa di toko sedang ada masalah. Malam sudah sangat larut namun Aku segera bergegas ke toko. Karena terburu-buru, Aku hampir saja menabrak seorang wanita didepanku yang hendak menyebrang. Aku pun segera menginjak remku dengan sangat keras.



“ Innalillaah.. “ ucap wanita itu pasrah. “ Hey.. Lo ga bisa liat ada motor ya?” bentakku. “ Maaf.. Aku terburu-buru.” Jawab wanita itu sambil merapikan barang-barangnya yang jatuh berserakan di jalan. Karena kasihan, Aku pun ikut membantunya merapikan barang-barang miliknya itu. Ternyata itu adalah obat-obatan.



“ Siapa yang asma?” tanyaku penasaran karena Aku sempat melihat obat-obatan itu. “ Papahku.” Jawab wanita itu singkat sambil menundukkan kepalanya. “ Sekali lagi Aku minta maaf. Aku harus pulang ke rumah, Papah sangat membutuhkan ini.” Sambung wanita itu. “ Emang dimana rumah lo?” tanyaku lagi. “ Lewatin tiga lampu merah dari sini.” jawab wanita itu. “ Jauh banget.. yaudah gue anter. “ tawarku. “ Ga usah. Aku pulang sendiri aja.” tolak wanita itu sambil menunggu angkutan umum yang lewat. Aku pun langsung menarik lengannya yang tertutup rapat dengan baju panjannya yang berwarna biru langit itu. Ia sangat terkejut dan langsung menampar pipi kananku.



“ Arkhh.. “ suaraku kesakitan. “ Heh.. gue tuh ga ada niat jahat sama lo. Gue Cuma mau nolong lo aja. Jadi ga usah sok jual mahal deh lo, buruan naik motor gue. Biar gue anter lo sampe rumah. Ini tuh udah malem, ga baik cewe secantik lo jalan sendirian. Ngerti lo. “ sambungku dengan suara agak keras.



Wanita itu langsung meminta maaf lagi dan mengiyakan tawaranku untuk mengantarnya pulang. Sepanjang perjalanan hanya kesunyian yang aku rasakan. Karena wanita itu tidak mengatakan sepatah katapun untuk memecah sepi, Akhirnya aku putuskan untuk memulai.



“ Kenapa lo pergi sendirian?” tanyaku memulai pembicaraan. “ Kakakku sudah tidur semua. “ jawab wanita itu singkat. “ Oya, siapa nama lo? “ tanyaku lagi. “ Alifah.” Jawabnya. “ Ohh.. nama yang bagus. Gua Roger.” Ucapku dengan pedenya. “ Hmm.. nama yang baik. “ gumam Alifa pelan. “ Loh.. kok baik?” tanyaku. “ Ya udah Buruk deh.” Jawab Alifa. “ Kok buruk?” tanyaku terus. “ Namamu itu adalah nama yang terbaik, dari orang tuamu kan?.” Jelas Alifa. “ Ohh.. gitu.” ucapku yang masih agak bingung. Alifa hanya tersenyum melihat ekspresi wajahku yang mungkin terlihat lucu baginya. Tapi Aku senang karena Alifa sudah mau tersenyum untukku. Karena sejak pertama bertemu ia hanya menunjukkan raut wajah khawatir dan cemas. Mungkin karena Papahnya yang sedang sakit itu.



Setelah sampai di depan rumah Alifa, Aku segera pamit untuk pergi karena ada urusan penting. Dalam perjalanan ke toko, Aku baru sadar bahwa ia tinggal disebuah rumah yang sangat besar sekali. Lebih besar dari rumah yang kubeli dengan harga ratusan juta. Tapi dari pertama bertemu Aku tidak melihat satu benda berhargapun yang ia kenakan di tubuhnya. Hanya gamis berwarna biru bercorakkan bunga-bunga dan dilengkapi dengan sehelai kerudung putihnya yang dirangkai rapi berhiaskan senyuman. Memikirkan hal itu, Aku pun teringat dengan beberapa wanita yang pernah dekat denganku salah satunya adalah Susi. Ia sangat memperhatikan penampilannya. Ia juga bukan dari keluarga kaya raya. Tapi semua benda-benda miliknya bermerk luar. Seperti tas tangan, sepatu, baju dan lain sebagainya. Tidak lupa pula cincin dan kalung emas yang selalu dipakainya sewaktu di kampus. Padahal Aku tau kalau ia tergolong masyarakat kelas menengah kebawah. Tapi Alifa berbeda. Beberapa jam yang menegangkanku bersama Alifa. “ Kenapa gue ga minta nomer ponselnya ya. Huh.. bodoh.. “ gumamku dalam hati.



***



Tepat dua bulan Ibuku dirawat di rumah sakit. Dan sekarang ia sudah diperbolehkan untuk pulang serta dokter menganjurkan Ibu untuk menjalani berbagai macam terapi untuk penyakit kankernya. Aku senang bisa tidur dengan Ibu lagi di rumah. Sebetulnya ini adalah rahasiaku dengan Ibu. Hehe.. Aku sudah terbiasa tidur dengan Ibu sejak Ayah pergi dari rumah. Dan hingga kini kebiasaan itu tidak bisa Aku rubah. Ibu adalah wanita terbaik yang kumiliki. Posisinya tidak akan pernah tergantikan oleh wanita manapun.



***



“ Nak, kapan Kamu mau nikah? Ibu mau melihat Kamu punya istri sebelum Ibu pergi jauh. “ ucap Ibu saat Aku menyuapinya makan siang. “ Iya bu. “ jawabku singkat seolah tak perduli. “ Kalau bisa cari wanita yang baik, jangan yang neko-neko.” Sambung Ibu. “ Iya bu. “ jawabku lagi. “ Terus kalau bisa yang cantik juga ya, kalau bisa juga carinya yang anak bungsu. Kamu kan anak satu-satunya Ibu. Ibu mau pasangan Kamu juga harus anak yang paling disayang. Bagus-bagus kalau kamu dapet yang anak tunggal juga. “ jelas Ibu panjang. “ Iya bu. “jawabku. “ Kamu nih kalau dibilanginnya iya-iya doang sih.” ucap Ibu kesal. “ Hehe.. Iya Ibuku yang paling cantiikk..” rayuku seraya meredamkan kekesalan Ibu terhadapku.



Sebetulnya Aku belum begitu tertarik untuk membicarakan masalah pernikahan. Aku cukup trauma dengan wanita. Kebanyakan wanita yang mendekatiku hanya ingin mengincar harta yang kumiliki. Oleh sebab itu wanita yang bisa kupercaya hanyalah Ibuku seorang. Aku merenung sendiri diatas motor kesayanganku yang sedang ku kendarai. Aku berniat untuk pergi ke rumah Alifa. Karena wanita yang Aku ingat saat itu adalah Dia. Ternyata rumahnya sangat sepi sekali. Karena masih malu untuk masuk kedalam, Aku menyegerakan diri untuk kembali pulang.



“ Mas, mau cari siapa?” tanya seorang Ibu yang sedang menyirami bunga didepan rumahnya yang berada disebelah rumah Alifa. “ Alifa bu, tapi kok rumahnya sepi sekali ya?” kataku sambil melepaskan helm. “ Papahnya tadi malam meninggal dunia. Sekarang jenazahnya sedang dimakamkan Mas. “ jelas Sang Ibu. “ Oh my god, kalau boleh tau dimana ya makamnya?” tanyaku. Setelah mendengar jawaban dari Sang Ibu, Aku segera menyusul Alifa ketempat pemakaman Ayahnya.



***



“ Alifa? ” tanyaku yang saat itu melihat wanita seorang diri sedang duduk disamping kuburan. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya kearahku. Kala itu tempat pemakaman sudah sangat sepi sekali. Sepertinya Aku terlambat mengikuti prosesi pemakamannya. Hanya tinggal wanita itu. Wanita berkerudung hitam pekat yang dipakai dengan rapi dan menutupi hampir setengah badannya.



“ Roger ya?” ia kembali bertanya kepadaku. “ Iya” jawabku singkat. “Aku turut berduka atas kematian Papahmu.” sambungku sambil mengambil posisi duduk disamping Alifa. “ Iya, makasih ya. “ ucap Alifa sambil tersenyum. “ Air mata kamu kok ga ada sih.” Tanyaku. “ Oh iya, karena melihat kamu, Aku jadi lupa nangis, hehe” gurau Alifa. “ Sejak kapan kamu ngomong Akukamu sama Aku? Hmm..” sambung Alifa seraya meledekku. “ Ohh.. karena melihat kamu, Aku jadi lupa segalanya deh. Hihihi..” balasku.



Aku tau Alifa sangat sedih dan tertekan karena ia sudah kehilangan Papah dan Mamahnya. Ia hanya tinggal sendiri di rumah besarnya. Kakaknya sudah menikah semua. Kebetulan Alifa adalah anak yang paling disayang oleh Papah karena ia adalah anak bungsu. Oleh sebab itu Papah menyerahkan seluruh harta peninggalannya kepada Alifa untuk diolah dan diurus dengan baik. Alifa menceritakan semua kisah hidupnya kepadaku. Ia juga yang meyakinkan diriku bahwa Tuhannya lebih sayang dengan Papah Mamahnya dibanding dirinya. Itulah yang membuat Dia bisa tegar. Umur Alifa beda tiga tahun denganku, tapi dari cara ia berfikir jauh lebih dewasa dibanding Aku. Alifa bercerita tentang kehidupannya yang menyedihkan dengan seorang lelaki. Alifa adalah seorang janda. Ia sempat menikah dengan lelaki pilihan Mamahnya tapi ternyata ia adalah penderita Aids dan pengguna narkoba. Alifa sangat syok mengetahui hal tersebut. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya itu kepada keluarganya. Tapi suami Alifa justru berbuat lebih. Ia sangat kejam. Pernah ketika Alifa tertidur karena lelah dengan pekerjaannya, sang suami menggores kakinya dengan silet tajam sampai Alifa terbangun dan merasakan sakit yang sangat dalam. Masih banyak kekejaman yang dilakukannya kepada Alifa. Setiap kali diajak untuk berhubungan intim, Alifa tidak pernah mau karena ia takut terkena penyakit Aids yang sangat ganas itu. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan tentang masalahnya kepada Mamah. Hingga Mamahnya terkejut dan meninggal dunia karena terkena serangan jantung. Ia mencoba memberanikan diri untuk berbicara dengan Sang Papah. Akhirnya Papah yang mengurus semuanya dipengadilan. Sekarang Alifa terbebas dari siksaan-siksaan menyedihkan lagi untuk selama-lamanya.



Mendengar kisah hidup Alifa, aku sangat sedih. Sampai sempat mengeluarkan air mata. Itulah yang mungkin Ibuku rasakan terhadap Ayah. Tapi bagaimanapun juga Aku bukan seperti mereka. Aku adalah lelaki sejati yang bisa melindungi wanita.



Hubunganku dengan Alifa kini tergolong cukup dekat. Alifa sudah lebih terbuka denganku. Mungkin karena ia sudah tidak memiliki teman bicara lagi setelah Papahnya meninggal. Aku juga sering mengajak Alifa untuk main ke rumahku dan ternyata Ibu sangat menyukai Alifa. Karena ia tergolong wanita yang baik dan sangat menghormati orangtua. Alifa dan Ibu justru sering keluar rumah untuk menghabiskan waktu dan uang jika Aku tidak di rumah. Sampai-sampai mereka melupakanku. Tapi menurutku itu bukanlah masalah besar. Aku senang karena Ibu kini tidak bersedih lagi dan tidak sering menyendiri di kamarnya. Hingga suatu hari Ibu kembali menyuruhku untuk menikah, tapi hanya dengan Alifa. Mungkin menurutnya Alifa adalah gadis terbaik yang ia lihat dibanding gadis-gadis pilihanku sebelumnya.



“ Jika suatu hari ada lelaki yang ingin melamarmu gimana Fa?” tanyaku pada Alifa yang kala itu sedang menonton tv bersama Ibuku. Ibu yang mendengar pertanyaanku langsung segera pergi meninggalkanku hanya berdua dengan Alifa. “ Semoga aja tidak ada. Hehe..” jawab Alifa cuek sambil terus menonton televisi dengan serius. “ Fa.. Aku serius !!” kataku sambil mencolek bahunya. “ Hmm.. gimana ya..” gumam Alifa. Aku terus memperhatikannya dengan serius dan menunggu jawaban darinya. Tapi Alifa tidak juga meneruskan ucapannya tersebut. Iakembali fokus pada acara televisi kesukaannya. “ Kalau seandainya lelaki yang melamarmu adalah seorang lelaki tampan dan kaya, gimana?” tanyaku lagi seolah ingin mengalihkan perhatian Alifa pada acara televisi.



Ibu yang sejak tadi memperhatikan Aku dan Alifa sepertinya sudah tidak sabar menunggu akhir cerita itu. Ia sampai menepak-nepak tembok yang dijadikan sebagai tempat persembunyiannya. “ Aduhh.. anakku kenapa ga langsung to the point aja sih.. “ ucap Ibu pelan walau masih bisa kudengar.



“ Aku tak membutuhkan harta juga penampilan. Yang kubutuhkan adalah seorang suami yang bisa menuntunku ke jalan syurga. “ jawaban Alifa yang seketika itu sangat mengejutkanku. Hingga membuat jantungku serasa berhenti sejenak. “ Suami seperti itu sudah pasti akan bisa menerimaku apa adanya dan Aku tak akan meragukan ketulusan cintanya.” sambung Alifa. Ucapan kilatnya seraya menikam jantungku hingga kedasarnya. Tak pernah terfikirkan sedikitpun olehku mengenai jawaban Alifa tersebut.



Aku diam sejenak dan berusaha memutar otakku agar tidak beku, namun tak bisa. Otakku tetap membeku. Hatiku sedih mendengarnya. Mungkin Aku bukanlah lelaki yang pantas untuknya. Sifat kekanak-kanakanku pasti akan menghambatku untuk bisa menikahi Alifa yang sudah sangat dewasa itu. Tubuhku sangat lemas tak bertenaga sejak peristiwa itu. Aku bukan seorang yang agamis, sedangkan Alifa adalah wanita suci yang cintanya hanya untuk Tuhannya. Akupun belum siap jika seandainya cintaku terbagi dua olehnya, apalagi untuk menuntunnya ke jalan syurga. Aku saja tidak tahu dimana jalan menuju syurga itu.



Batinku kembali terombang ambing. Namun karena Ibuku sudah sangat menyukai Alifa, ia terus saja mendesakku untuk bisa menikahi Alifa. Tanpa didesakpun sebenarnya Aku memang sangat ingin menikahinya. Tapi apa daya, Aku sangat takut jika suatu saat Aku tak bisa membahagiakan Alifa seperti mantan suaminya itu. “ Tuhan..inikah bidadari yang kau turunkan untukku? tapi mengapa sulitku dapati..” gumamku dalam hati. Hingga akhirnya kutemukan satu jawaban “ Mencoba !! “. Dengan rasa yang tidak karuan, Aku memberanikan diri datang kerumah Alifa dan menemuinya. Kala itu ia sedang menyapu halaman rumahnya.



“ Paman dan Bibimu sekarang tinggal disini juga Fa?” tanyaku ketika melihat seorang lelaki paruh baya yang sedang tidur di kursi taman. “ Iya, Aku yang menyuruhnya tinggal disini. Habis Aku suka takut kalau tinggal sendirian, hehe..” jawab Alifa sambil tersenyum. “ Fa, ada yang mau Aku bicarakan sama kamu !” kataku serius setelah Alifa mempersilahkanku duduk. “ Apa tuh?” tanya Alifa penasaran. “ Sekarang, tepat dihari perceraian Ayah dan Ibu Aku memberanikan diri untuk menemuimu tanpa membawa sepeser uang ataupun seikat mawar, berkeinginan untuk melepaskan segala kecamuk batin yang melandaku akhir-akhir ini. Aku mencintaimu dan ingin menjadikanmu wanita pertama dan terakhir untuk menemaniku sampai akhir hayatku. Walau ku tau, bahwa Aku belum mampu menjadi lelaki yang bisa menuntunmu ke jalan syurga. Aku akan selalu mencoba dan mencobanya terus sampai Aku benar-benar mampu menjadi suami yang kau inginkan. “ ucapku sambil menatap Alifa dalam-dalam. Namun ia hanya diam terpaku mendengar kata-kataku. Entah apa yang saat itu ia rasakan. Yang jelas perasaanku menjadi semakin tidak karuan. Gelisah dan cemas. “ Bisakah kau ulangi kata-katamu barusan?” pinta Alifa padaku. “ Aa..aakk..kkuu..” ucapku agak gugup. “ Ssstt.. Aku bercanda !! Aku sudah cukup faham tentang perkataannmu.” kata Alifa menenangkanku. “ Aku mau menjadi bidadarimu jika kau mau berjanji padaku.. !!” sambung Alifa. “ Apapun syarat yang kau ajukan pasti akanku lakukan.” jawabku mantap. Alifa tersenyum manis padaku, tanpa meneruskan perkataannya lagi.



“ Aku tidak bisa masak !! maukah kamu menerimaku apa adanya??“ ucap Alifa sambil menundukkan kepalanya karena malu. “ Aku hanya tertawa kecil saat mendengar pengakuannya. “ Aku akan mengajarimu masak wahai sang bintang keduaku.” ucapku pelan. “ Loh.. yang pertama siapa?” tanya Alifa kesal. “ Ibu” jawabku singkat. Kami pun tertawa lepas diringi kebahagian hakiki yang menanti..



----------------------------------------------- THE END (Cerpen.net)---------------------------------

Leave a Reply

Flag Counter

free counters

Tukeran Link Otomatis

Label Tag Cloud


Widget by.Zoel Fahmy