Yuk Mulai Ganti Nasimu dengan Jagung.
“Nggak bisa! Kalo nggak makan nasi, sama aja nggak makan. Memangnya kenapa?”
“Teman, ketersediaan beras sebagai sumber karbohidrat utama di Indonesia sudah mulai menipis sepertinya. Lihatlah betapa gilanya para eksportir menggeser beras lokal kita. Katanya ini program pemerintah untuk menambah persediaan kebutuhan pangan dari tahun ke tahun yang selalu minus. Sawah hijau yang membentang luas, gemah ripah loh jinawi milik Indonesia dinikmati siapa?”
“Lalu, apa hubungannya dengan nasi dengan jagung?”
“Inilah yang harus mulai kita biasakan. Suatu saat nanti ketika persediaan beras habis tak ada yang perlu dirisaukan. Bukankah kita bisa menggantinya dengan jagung, gandum, atau sagu? Tak perlu mengekspor dan menimbunnya dalam gudang. Atau memutihkan beras-beras berkualitas rendah untuk mendapat harga jual yang lebih tinggi tapi malah menimbulkan penyakit karena campuran bahan kimianya. Bukankah masyarakat kita sudah terbiasa dengan hidup adaptif?”
“Maksud?”
“Kalau bisa adaptif dalam hal gaya hidup mengapa pola makan pun tak bisa dirubah? Oleh karena itu berlatihlah mulai saat ini untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi di masa mendatang.”
Inilah yang mulai saya kampanyekan kepada kawan-kawan di Riyadhul Jannah. Setiap pagi (jika sempat) saya jalan-jalan ke pasar krempyeng di Jl Karangmenjangan dan langsung menuju penjual nasi jagung langganan. Lauk komplit (urap+sambel kelapa+lodeh+ikan asin) dengan harga yang super murah, hanya 3000 perak. Makan nasi jagung pun bukan cuma sekedar ajang latihan hidup “sengsara”, tapi juga hidup sehat lho.
Sudah banyak penelitian yang mengungkapkan manfaat jagung. Jagung dapat membantu proses pertumbuhan anak, menjaga kesehatan kulit, seratnya dapat menurunkan kadar kolesterol, asam folatnya bermanfaat untuk menurunkan resiko serangan jantung dan stroke (mengendalikan kadar homosistein). Selain itu asam folat juga bermanfaat mencegah kerusakan otak bayi saat kelahiran.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam the American institute for cancer research, jagung banyak mengandung senyawa fitokimia dalam bentuk terikat yang kekuatan antioksidannya tidak kalah dengan antioksidan dalam buah dan sayuran. Antioksidan sangat bermanfaat menurunkan resiko kanker terutama kanker usus.
Salah satu kelebihan lain jagung adalah kandungan provitamin A yang tinggi dalam bentuk pigmen. Jagung sangat direkomendasikan bagi para perokok karena mengandung betacryptoxanthin yang dapat menurunkan resiko kanker paru – paru. Menurut journal cancer epidemiology, biomarkers and prevention orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung betacryptoxanthin terbukti mengalami penurunan resiko kanker paru – paru sebesar 27%, hasil yang sama juga menunjukkan bahwa perokok yang mengkonsumsi jagung mengalami penurunan kanker paru – paru sesebesar 37% dibandingkan dengan perokok yang kurang mengkonsumsi jagung.
Buat Saya, Bubur Jagung itu…”sesuatu”
Sebutan untuk bubur jagung berbeda di masing-masing daerah. Ibu saya menyebutnya dengan “blendrang”. Tante saya mengatakan “bletrokan”. Temen saya yang dari Gresik pun punya istilah sendiri. Buat saya bubur jagung sangat membantu program pengaturan pola hidup sehat yang sedang saya jalankan. Bener-bener resep jitu deh. Kita pun nggak cepet laper karena jagung kaya akan serat. Kali ini saya mau bagi resep bubur jagung bikinan ibu saya. Untuk takerannya bisa kalian perkirakan sendiri ya…Soalnya emak saya kalo masak pake feeling ^__^
Bahannya cukup mudah : jagung diompes lalu diblender, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, kencur, udang dihaluskan, santan, daun jeruk –semua bahan ini dicampur dan dimasak di panci dengan api kecil sampai sedang. Seperti bikin bubur biasa, jadi harus diaduk terus biar nggak gosong. Setelah agak matang baru masukkan daun bawang, cabe hijau dan udang. Ingat, masak bubur jagung harus benar-benar matang. Kalau nggak…siap-siap sakit perut.
Kabari saya ya kalo kalau program hidup sehatnya sudah berhasil. Terima kasih ibu…terima kasih bubur jagung…Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.